Darurat Sanitasi dan Sampah: Ancaman Nyata Penurunan Stunting di Kota Ternate
- account_circle FAHMIL USMAN, S.Gz.,M.Gz
- calendar_month Jum, 2 Mei 2025
- visibility 154
- comment 0 komentar

Ilustrasi Sumber Foto : Pixabay
Indonesia sedang berpacu dengan waktu untuk menurunkan prevalensi stunting demi menyelamatkan generasi masa depan. Berbagai kebijakan nasional telah digulirkan, mulai dari penguatan intervensi gizi, kesehatan ibu dan anak, hingga edukasi masyarakat serta makan bergizi gratis di sekolah. Namun, satu faktor krusial yang masih menjadi pekerjaan rumah besar adalah sanitasi dan pengelolaan sampah. Di beberapa daerah, kondisi ini bahkan mencapai tingkat darurat, seperti yang kini terjadi di Kota Ternate, Maluku Utara.
Sanitasi tidak hanya berbicara tentang keberadaan jamban sehat, tetapi juga mencakup air bersih, pengelolaan limbah rumah tangga, dan kebersihan lingkungan. Di kota-kota yang mengalami pertumbuhan penduduk cepat, seperti Ternate, tekanan terhadap sistem sanitasi dan pengelolaan sampah semakin tinggi. Sayangnya, banyak kawasan yang belum memiliki sistem pengelolaan limbah yang memadai. Sampah menumpuk di sudut-sudut kota, di saluran drainase, dan bahkan di pesisir pantai yang menjadi tempat bermain anak-anak.
Kondisi ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan memperbesar risiko infeksi penyakit, terutama bagi anak-anak balita. Penyakit diare, infeksi cacing, dan gangguan pencernaan lainnya merupakan pintu masuk bagi stunting, karena tubuh anak yang terus menerus mengalami infeksi tidak bisa menyerap gizi dengan baik, meskipun asupan gizinya cukup.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kota Ternate menunjukkan angka yang fluktuatif, pada tahun 2021 prevalensi 24%, kemudian pad tahun 2022 turun menjadi 17,07%, namun pada tahun 2023 naik menjadi 21,1%. Penurunan yang signifikan pada 2022 menjadi kabar baik. Namun, kenaikan kembali pada 2023 menunjukkan bahwa masih ada faktor lain yang belum teratasi. Salah satu penyebabnya adalah buruknya sanitasi lingkungan dan krisis pengelolaan sampah yang belum ditangani secara tuntas. Berdasarkan laporan dari Dinas Lingkiungan Hidup Produksi sampah di Kota Ternate, Maluku Utara mencapai 140 ton setiap hari. Volume sampah tersebut berdasarkan rekapan yang masuk di tempat pembuangan akhir (TPA). dan baru baru ini terjadi banjir di Kota Ternate, hal ini lebih memperparah sanitasi terutama air bersih. Kondisi ini harusnya menjadi alarm buat kita karena sanitasi lingkungan berperan penting dalam mencegah penyakit infeksi berbasis lingkungan seperti diare dan cacingan yang dapat memengaruhi pertumbuhan linier dan jika terjadi secara berulang akan mengurangi asupan zat gizi sehingga dapat menyebabkan stunting.
Kita sering menganggap sampah hanya sebagai persoalan lingkungan. Namun, lebih dari itu, sampah telah menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita. Penumpukan sampah di lingkungan tidak hanya mengganggu estetika, tapi juga berdampak langsung terhadap kualitas air bersih yang dikonsumsi sehari-hari.
Kondisi ini akan memperparah fasilitas air bersih air dari sumur dangkal atau sungai tercemar untuk mandi, mencuci, bahkan memasak dan minum. Padahal, konsumsi air yang terkontaminasi akan meningkatkan risiko penyakit infeksi seperti diare, kolera, dan tifus penyakit yang sangat membahayakan bagi balita dan ibu hamil.
Jika ini terus berlangsung maka fenomena Environmental Enteric Dysfunction (EED) atau kerusakan mikroskopik pada usus akibat paparan kotoran dan bakteri lingkungan. Kejadian ini akan menghambat penyerapan zat gizi, bahkan ketika anak sudah mendapatkan makanan bergizi kondisi mengakibatkan gagal tumbuh yang pada akhirnya terjadi stunting. Berdasarkan data Keluarga Berisiko Stunting 2023 jumlah balita di Kota Ternate dari 0-60 bulan sebanyak 5.421 balita. Bayangkan saja jika kejadian ini terjadi pada balita dengan jumlah kurang lebih 5 ribu tersebut. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2021) menegaskan bahwa anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk memiliki risiko stunting 2 hingga 3 kali lipat lebih tinggi dibanding anak-anak di lingkungan sehat.
Harapan saya dengan fluktuasi angka stunting di Kota Ternate menjadi sinyal kuat bahwa penurunan stunting tidak cukup hanya dengan pemberian makanan tambahan atau edukasi gizi. Tanpa memperbaiki lingkungan. Sanitasi yang layak dan lingkungan bersih adalah pondasi dari tubuh yang sehat. Jika ini terus terjadi maka setiap upaya pemberian gizi akan sia-sia. Darurat sanitasi dan sampah harus diatasi jika Kota Ternate ingin keluar dari jebakan stunting.
- Penulis: FAHMIL USMAN, S.Gz.,M.Gz
- Editor: FAHMIL USMAN, S.Gz.,M.Gz
- Sumber: Dosen Prodi Gizi Institut Sains dan kependidikan Kie Raha Maluku Utara dan Founder Aksi Gizi
Saat ini belum ada komentar