Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » OPINI » KONTROVERSIALITAS NUZULUL QUR’AN

KONTROVERSIALITAS NUZULUL QUR’AN

  • calendar_month Ming, 23 Mar 2025
  • visibility 163
  • comment 0 komentar

Turunnya al-Qur’an adalah terjemahan harfiah dari kata-kata “Nuzul al-Qur’an”. Kata “nuzul” terambil dari kata “nazala” yang secara loghawiyyah paling minimal memiliki dua ta’rif. Al-awwalu, bahwa kata “nazala” berarti singgah atau menempati, seperti dalam ungkapan bahasa arabnya, ”nazala al-amir al-madinah” yang artinya, “kepala negara itu telah singgah di kota. Al-tsani, bahwa kata “nazala” memiliki arti aktifitas berjalan dari atas ke bawah (turun), seperti dalam ungkapan bahasa arabnya, “nazala ahmad min al-jabali” yang artinya, si ahmad berjalan dari atas ke bawah. Mengutip pendapatnya pakar ilmu al-Qur’an kontemporer, yakni laki-laki Abdul ‘Adhim al-Zurqani dalam magnum opusnya “Manahil al-‘Irfan” berpendapat bahwa, memperhatikan kedua ta’rif tersebut sama sekali tidak memenuhi syarat (TMS) untuk diterapkan pada pengertian al-Qur’an itu sendiri. Karena, baik pengertian “singgah” maupun “berjalan” dari atas ke bawah hanya layak dilakukan oleh sesuatu yang bersifat material (jismiyyah). Sejatinya, al-Qur’an sebagai firman Allah yang sangat “muqaddasah” bukanlah sesuatu yang bersifat material, tetapi bersifat immaterial-qadim. Dengan demikian, laki-laki al-Zurqani memiliki kecenderungan yang jelas dalam mengkonotasikan kata-kata “nuzul” atau “nazala” untuk al-Qur’an dengan pengertian majazi (kiasan), bahwa kata “nuzul” atau “nazala” yakni “al-‘Ilam” yang artinya adalah “pemberitahuan”. Maka, ungkapan Allah menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril, harus diartikan bahwa Allah “memberitahukan” secara immaterial kepada Nabi Saw.

Grup ulama yang terdiri dari, al-Zarkasyi yang wafat pada tahun 794 hijriyah, Ibnu Hajar yang wafat pada tahun 852 hijriyah, al-Suyuti yang wafat pada tahun 911 hijriyah, berpendapat bahwa, al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui 3 (tiga) tahap. Pertama, bahwa al-Qur’an diturunkan ke Lauh Mahfudh. Dasarnya adalah firman Allah “bahkan yang mereka dustakan itu adalah al-Qur’an yang mulia, yang tersimpan di Lauh Mahfudh. (lihat QS. al-Buruj: 21-22). Kedua, al-Qur’an diturunkan dari Lauh Mahfudh ke bait al-‘Izzah, suatu tempat di langit yang paling dekat (qarib) dengan bumi. Hal ini, berdasarkan perkataannya, Ibnu ‘Abbas, bahwa “al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit terdekat dengan bumi pada malam Qadar (lailatu al-Qadr)”. Ketiga, bahwa setelah itu al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.

Berdasarkan ucapan Ibnu ‘Abbas di atas, meskipun bukan sabda Nabi Saw, namun statusnya dapat “disamakan”, dengan sabda Nabi Saw yang dinamakan dengan istilah “hadis marfu’”. Alasannya, seperti kata al-Suyuti, bahwa ucapan-ucapan sahabat Nabi Saw yang tidak berkaitan dengan pendapat (ijtihad) pribadinya, dan oleh karena Ibnu ‘Abbas ini tidak dikenal rekam jejaknya pernah mengambil kisah-kisah israiliyyat (kisah-kisah yang bersumber dari mantan orang-orang Yahudi dan Nasrani). Maka, status ucapannya dapat “disamakan” dengan sabda Nabi Saw, sebab Ibnu ‘Abbas tidak mengetahui hal demikian kecuali bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Bukankah, masalah turunnya al-Qur’an adalah masalah gaib (umur al-ghaib) dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan ijtihadnya Ibnu ‘Abbas. Sementara sanad (transmisi) ucapan dari Ibnu ‘Abbas tersebut dinilai shahih (otentik). Karenanya, para ulama berkonsensus untuk menjadikan ucapan Ibnu ‘Abbas yang demikian itu sebagai argumen kuat bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui 3 (tiga) tahap. Lebih-lebih lagi menurut al-Suyuti dan al-Qurtubi menuturkan bahwa para ulama telah ijma’ dalam masalah ini.

Ada pendapat yang berbeda yang berasal dari ulama ilmu al-Qur’an kontemporer lainnya, Subhi al-Shalih berpendapat bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw tidak “transit” lebih dahulu di Bait al-‘Izzah. Alasannya, karena masalah turunnya al-Qur’an merupakan masalah ghaib di mana untuk itu diperlukan adanya dalil-dalil yang konkrit berupa ayat-ayat al-Qur’an atau Hadis Nabi Saw dengan riwayat yang “mutawatir” (setiap jenjangnya tidak kurang dari sepuluh orang). Dan, dalil-dalil seperti itu untuk masalah ini tidak tersedia ada sama sekali. Memang, hadis “mauquf” yang berupa ucapan Ibnu ‘Abbas tadi sanadnya shahih, namun tidak termasuk pada level “mutawatir”.

Oleh karena itu, para ulama berpendapat bahwa al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui 3 (tiga) tahap tidak menjelaskan kapan turunnya ayat yang pertama kali kepada Nabi Saw. Sebab dalil-dalil naqli yang menuturkan bahwa al-Qur’an itu diturunkan pada bulan ramadhan, seperti pada al-Baqarah ayat 185, dan al-Qadr ayat 1 (satu), maksudnya adalah turunnya al-Qur’an dari Lauh Mahfudh ke Bait al-‘Izzah, bukan dari Bait al-‘Izzah kepada Nabi Muhammad Saw. Sementara ulama yang menafsirkan turunnya melalui Bait al-‘Izzah berpendapat bahwa, ayat-ayat yang menuturkan bahwa al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan itu maksudnya adalah diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Hanya saja, kapankah ayat al-Qur’an itu diturunkan pertama kali kepada Nabi Saw? Pakar Tarikh Islam kenamaan Ibnu Ishaq yang wafat pada tahun 150 hijriyah berpendapat bahwa al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, adalah pada tanggal 17 ramadhan dengan basis argumennya adalah firman Allah QS. al-Anfal41, “apakah kalian beriman kepada Allah dan kepada sesuatu yang Kami turunkan kepada hamba Kami pada hari furqan yaitu hari bertemunya dua pasukan”.

Menurut Ibnu Ishaq, hari bertemunya dua pasukan antar kaum muslimin dan musyrikin dalam perang “badar” itu adalah terjadi pada hari jum’at tanggal 17 ramadhan tahun ke-2 hijriyah. Dan, yang disebut dengan hari “furqan” adalah hari ketika al-Qur’an diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw. Kedua hari itu bertepatan pada hari jum’at tanggal 17 ramadhan, meskipun tahunnya tidak sama. Itulah istidlal (analisis argumen) dari Ibnu Ishaq. Dan pendapat ini kemudian dinukil oleh ulama kontemporer, Muhammad al-Khudari Beik dalam magnum opusnya “tarikh al-tasyri’ al-islami”, dan dari kitab ini tampaknya pendapat itu berkembang secara viral di Indonesia hingga sekarang ini. Dan kitab ini banyak diajarkan di pondok pesantren-pondok pesantren dan di perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam di Indonesia (STAIN, IAIN, dan UIN) dan nyaris tidak pernah ada kritikan sama sekali terhadap pendapat Ibnu Ishaq ini. Akibatnya, pendapat bahwa al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, pada tanggal 17 ramadhan sangat melembaga di Indonesia hingga sekarang ini.

Sebenarnya masalah kapan al-Qur’an diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw itu adalah masalah sejarah yang memerlukan adanya Riwayat dengan sanad (transmisi) yang shahih-validitas bukan atas dasar analisis (ijtihad) seperti yang dilakukan oleh Ibnu Ishaq tersebut. Memang Ibnu Ishaq adalah pakar tarikh kawakan sepanjang sejarah. Lebih dulu dari pakar-pakar yang lain seperti Ibnu Hisyam yang wafat pada tahun 213 hijriah dan Ibnu Sa’ad yang wafat pada tahun 230 hijriyah. Namun hal itu tidak secara otomatis menjadikan pendapatnya masuk nominasi ilmiah. Sementara para pakar yang lainnya katakanlah al-Zurqani yang telah disebutkan sebelumnya oleh penulis yang memberikan bantahan atas pendapatnya Ibnu Ishaq. Namun, al-Zurqani tidak menyebutkan secara kongkrit pada tanggal berapakah al-Qur’an diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw. Maka disini dapat tergambar adanya kontrovresialitas nuzulul Qur’an (turunnya al-Qur’an) pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw, apakah pada tanggal 17 ramadhan ataukah pada tanggal 24 ramadhan.

Karena pendapat Ibnu Ishaq demikian tidak dapat dirajihkan (diunggulkan secara ilmiah), maka perlu dicari pendapat yang rajih (unggul) dalam masalah ini. Dan, pendapat yang rajih ini berpotensi rajih (kuat) yang menyebutkan bahwa, al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, jatuh pada tanggal 24 ramadhah. Sebagai argumen yang memberikan dukungan atas pendapat ini, maka sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) hadis yang dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan hal ini. Pertama, Hadis dari Watsilah bin al-Asqa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, di mana Nabi Saw bersabda, “Lembaran-lembaran Ibrahim diturunkan pada hari pertama bulan ramadhan. Taurat diturunkan pada hari keenam bulan ramadhan, Injil diturunkan pada hari ketiga belas bulan ramadhan. Sedangkan al-Qur’an diturunkan pada hari kedua puluh empat bulan ramadhan. Kedua, Hadis dari Jabir bin Abdullah yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Mardawaih dalam kitab tafsirnya, dimana Nabi Saw bersabda seperti yang disebutkan di atas. Ketiga, Hadis dari Watsilah bin al-Asqa yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi dalam kitabnya “syu’ab al-Iman” di mana Nabi Saw bersabda seperti yang disebutkan di atas juga.

Perihal kualitas hadis-hadis tersebut, maka dapat disebutkan sebagai berikut. Hadis pertama dha’if (lemah) karena dalam sanadnya terdapat nama Imran Abu al-Awwam yang dinilai lemah oleh ahli-ahli kritik hadis. Sedangkan hadis kedua dan ketiga, dalam melakukan pelacakan belum ditemukan kitab aslinya, sehingga belum dapat memberikan penilaian tentang otentisitas sanadnya. Namun, demikian, seandainya hadis kedua dan ketiga itu sama-sama dha’if (lemah), maka hadis pertama tersebut dapat meningkat kualitasnya menjadi hasan lighairihi (hadis baik karena dukungan eksternal), sebab kelemahan Imran Abu al-Awwam bukan karena ia pendusta atau fasik (berbuat maksiat). Jadi secara umum hadis-hadis tersebut dapat dipakai sebagai argumen yang rajih bahwa al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw jatuh pada tanggal 24 ramadhan karena sangat dekat dengan lailatu al-Qadr. Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat bagi pembaca. Wallahu ‘alam bishshawab.

 

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Sarif Robo: Dari Inspirasi Kampung Hingga Menjadi Dosen dan Kandidat Doktor

    Sarif Robo: Dari Inspirasi Kampung Hingga Menjadi Dosen dan Kandidat Doktor

    • calendar_month Sen, 27 Jan 2025
    • account_circle Admin
    • visibility 318
    • 0Komentar

    Dok Balengko Space Sarif Robo, putra sulung dari pasangan alm. Lukman Robo dan Nurain Hadad, tumbuh sebagai sosok yang menginspirasi di kampung halamannya Kulaba. Lahir sebagai anak pertama dari lima bersaudara, Sarif tidak hanya menjadi panutan bagi adik-adiknya, tetapi juga bagi banyak anak muda di sekitarnya. Dengan perjalanan pendidikan yang penuh tekad, ia kini menjadi […]

  • Tangkai dan helai daun singkong hijau sebagai sumber protein nabati dan zat besi

    Manfaat Daun Singkong untuk Kesehatan: Superfood Lokal Kaya Nutrisi

    • calendar_month Sel, 19 Agu 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 596
    • 0Komentar

    BALENGKO SPACE – Daun singkong (Manihot esculenta) menjadi salah satu sayuran hijau populer di Indonesia, di Indonesia Timur khususnya di wilayah Maluku Utara, masyarakat lokal biasa menyebut “Daun Kasbi”. Masyarakat lokal Maluku Utara mengkonsumsinya sudah sejak lama, salain karena enak daun singkong mudah ditemukan, harganya terjangkau, dan kandungan nutrisinya sangat melimpah, biasanya daun singkong ini […]

  • Diskusi GP Ansor Tidore bahas APBD 2026 dan visi misi Walikota di Sabua Sahabat, Pantai Tugulufa

    GP Ansor Kota Tidore Gelar Diskusi Mengukur Visi Misi Walikota 5 Tahun Mendatang

    • calendar_month Sab, 16 Agu 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 519
    • 0Komentar

    BALENGKO SPACE – Tidore, 16 Agustus 2025 Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kota Tidore Kepulauan menggelar diskusi publik bertema “APBD 2026: Mengukur Visi Misi Walikota Kota Tidore Kepulauan” Jumat (15/8/25)  di Sabua Sahabat, kawasan Pantai Tugulufa. Agenda ini bertujuan untuk mengawal arah pembangunan daerah lima tahun mendatang agar sejalan dengan visi dan misi Walikota. GP […]

  • Santri Dafater Sabet Banyak Juara di STQH Kota Ternate 2025, Bukti Konsistensi dan Ketekunan

    Santri Dafater Sabet Banyak Juara di STQH Kota Ternate 2025, Bukti Konsistensi dan Ketekunan

    • calendar_month Sel, 22 Apr 2025
    • account_circle Muzstakim
    • visibility 300
    • 0Komentar

    Ternate – Santri Pondok Pesantren Darul Falah Ternate (Dafater) kembali membuktikan kualitas mereka dalam ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) XVIII tingkat Kota Ternate yang berlangsung pada 17–21 April 2025. Mereka tampil gemilang di cabang Hifdzul Hadits, baik kategori 500 hadits maupun 100 hadits dengan sanad. Di cabang 500 hadits, M. Nasrullah Kadir berhasil […]

  • Farid, mahasiswa BEM Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, berbicara dalam diskusi RUU KUHAP Yogyakarta

    Diskusi RUU KUHAP Yogyakarta: Haris Azhar vs Eddy Hiariej Bahas Restoratif Justice

    • calendar_month Sab, 9 Agu 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 208
    • 0Komentar

    BALENGKO SPACE, Yogyakarta — Social Movement Institute (SMI) menggelar diskusi dan debat terbuka bertajuk “Kita Jadi Merdeka atau Dijajah Aparat?” di Auditorium YBW UII, Jalan Cik Di Tiro No.1, Terban, Kota Yogyakarta, Sabtu (9/8/2025) pukul 07.30 WIB. Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, Haris Azhar dan Eddy Hiariej, untuk membahas Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum […]

  • Kantor Kementerian Agama Maluku Utara terkait isu rangkap jabatan ASN

    Benarkah Ada Rangkap Jabatan ASN di Kemenag Maluku Utara? Ini Klarifikasinya

    • calendar_month Rab, 17 Sep 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 348
    • 0Komentar

    BALENGKO SPACE, Ternate – LBH Ansor Kota Ternate menegaskan isu rangkap jabatan ASN Kemenag Maluku Utara tidak sesuai fakta hukum maupun administrasi. Klarifikasi ini muncul setelah sejumlah media memberitakan dugaan rangkap jabatan yang menyeret nama Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Malut. Ketua LBH Ansor Kota Ternate, Zulfikran Bailussy, SH, menjelaskan bahwa kliennya, Yusri N. Samsudin, […]

expand_less