Maluku Utara terancam sampah Plastik : Solusi dari Hulu ke Hilir
- account_circle Admin
- calendar_month Sel, 7 Jan 2025
- visibility 660
- comment 0 komentar


Balengko Space – Masalah sampah kini menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan, termasuk di Provinsi Maluku Utara yang dikenal dengan keindahan alamnya. Isu ini mencuat akibat berbagai faktor, seperti rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah dengan benar serta pengelolaan sampah yang masih belum optimal. Dampaknya terlihat nyata, mulai dari pencemaran lingkungan hingga rusaknya ekosistem laut.
Maluku Utara, yang terdiri dari 395 pulau besar dan pulau kecil, serta 64 pulau berpenghuni, memiliki total wilayah 140.255,36 km², dengan 76,27% merupakan lautan. Daerah dengan kekayaan maritim yang melimpah ini terancam akibat buruknya pengelolaan sampah. Sebagai contoh, pada Desember 2024, video viral memperlihatkan saluran air di jembatan antara Kelurahan Soa-Sio kampung Makassar, Kota Ternate , tersumbat sampah plastik. Sampah tersebut mengarah ke laut lepas, yang memperparah pencemaran lingkungan akibat sampah.
Menurut data BRIN, lebih dari 8 juta ton sampah plastik masuk ke laut setiap tahun, memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem laut. Kondisi ini mempertegas perlunya kolaborasi lintas sektor untuk menangani masalah sampah secara holistik.
Warga Maluku Utara dan Solusi Pengelolaan Sampah

Ronaldo Molle, atau akrab disapa Ciko, seorang warga Desa Hoku-Hoku Kie, Kabupaten Halmahera Barat, kini tengah mendalami pengelolaan sampah di Cilacap, Jawa Tengah. Menurutnya, pengelolaan sampah di Maluku Utara belum maksimal. “Kesadaran masyarakat masih rendah. Banyak yang menggunakan plastik sekali pakai dan membuang sampah sembarangan,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti sistem tempat pembuangan akhir (TPA) yang masih menggunakan metode open dumping, yang dilarang oleh UU No. 18 Tahun 2008 karena berbahaya bagi lingkungan. Ciko menekankan bahwa perbaikan harus dilakukan mulai dari hulu hingga hilir, melibatkan pemerintah, masyarakat, dan berbagai organisasi.
Peran Teknologi dan Bank Sampah
Ciko saat ini menggunakan aplikasi “Containder” untuk membantu pengelolaan sampah. Aplikasi ini menawarkan fitur-fitur seperti pengelolaan armada, kontrol TPS, program pengumpulan plastik, dan insentif berbasis berat sampah plastik. Containder juga rutin mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan pemerintah daerah, komunitas, dan masyarakat umum.
Selain itu, Ciko menekankan pentingnya pengembangan bank sampah di tengah masyarakat. “Bank sampah mampu menjadi solusi untuk pengelolaan sampah organik dan nonorganik secara berkelanjutan,” ujarnya.
Harapan untuk Masa Depan
Ciko berharap seluruh kabupaten/kota di Indonesia bermitra dengan Containder dan menerapkan teknologi baru dalam pengelolaan sampah. “Kita perlu terus mengampanyekan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan kerja sama semua pihak, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih hijau,” tambahnya.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Maluku Utara dapat menjadi contoh bagaimana pengelolaan sampah yang baik dapat melindungi lingkungan sekaligus mendukung keberlanjutan ekosistem lautnya.
- Penulis: Admin
Saat ini belum ada komentar