Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » OPINI » Nelayan dan Petani di Tengah Gempuran Industri: Menakar Keadilan Sosial di Maluku Utara

Nelayan dan Petani di Tengah Gempuran Industri: Menakar Keadilan Sosial di Maluku Utara

  • calendar_month Sab, 26 Apr 2025
  • visibility 639
  • comment 0 komentar

Maluku Utara negeri di pingran bibir pasifik diberkahi laut dan tanah yang subur, namun ironis terbesar hari ini di depan mata bukanlah kemiskinan, kelaparan, melainkan penghiyanatan terhadap sumber daya penghidupan kita. Atas nama investasi dan pertumbuhan ekonomi, kebijakan publik telah mengadaikan hak-hak nelayan dan petani kepada korporasi tambang yang rakus dan acuh terhadap keadilan ekologi.  Ketika indeks ekonomi tumbuh justru ruang hidup masyarakat terkikis. Pada saat yang sama rakyat kian terbeban dalam lumpur tambang dan limbah nikel. Ini bukan sekedar krisis distibusi sumber daya tapi pengikaran terhadap prinsip keadilan sosial sebagaimana termaktub dalam amanah konstitusi.

Pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara memang mencolok. Menurut Badan Pusat Statistik (2024), provinsi ini mencatat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 20,49% pada tahun 2023 tertinggi secara nasional. Namun, di balik capaian angka tersebut, terpendam luka sosial-ekologis yang dialami oleh nelayan dan petani lokal. Sejak tahun 2019 kawasan industri tambang dan smelter di Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan berkembang masif. Di Pulau Gebe, ekspansi pertambangan telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan memaksa petani lokal kehilangan lahan garapannya. Dalam rilisan Mongabay Indonesia (22 Februari 2025) menyebutkan bahwa wilayah pertanian yang sebelumnya menjadi sumber penghidupan warga kini tercemar akibat limbah aktivitas pertambangan.  Pada saat yang sama nelayan juga mengalami situasi dan menyaksikan perairan laut tercemar akibat aktivitas industi nikel.

Itu artinya bahwa tidak hanya petani, nelayan pun turut menanggung dampak serius dari industrialisasi maritim ini. Menurut rilisan  BaktiNews (2024), nelayan di Teluk Buli melaporkan bahwa sejak beroperasinya perusahaan tambang di kawasan pesisir, hasil tangkapan menurun drastis. Beberapa nelayan harus melaut lebih jauh dari biasanya karena ikan menjauh akibat pencemaran perairan.

Kondisi ini mencerminkan krisis keadilan ekologis. Ekspansi industri yang tidak berbasis partisipasi masyarakat telah mengabaikan prinsip keberlanjutan dan etika lingkungan. Tanah dan laut bukan sekadar komoditas tetapi ruang hidup dan spiritualitas masyarakat Maluku Utara. Dalam perspektif keadilan distributif, seperti dijelaskan John Rawls dalam A Theory of Justice (1971), ketimpangan hanya dapat dibenarkan jika menguntungkan kelompok yang paling rentan. Namun, di Maluku Utara kelompok rentan seperti petani dan nelayan justru menjadi korban utama.  Sebagai generasi yang menyaksikan lengusng kondis masyarakat Maluku Utara saat ini, tentu sangat prihatin, maka  pemerintah daerah harus lebih serius menagani konflik ekologi yang yang terjadi dan sering diabaikan oleh korporasi.

Secara struktural, konflik agraria di Halmahera Selatan dan Halmahera Timur dan kabupaten yang lain menunjukkan bahwa perizinan pertambangan sering tumpang tindih dengan tanah ulayat atau lahan produktif masyarakat. Dalam rilisan Kompas (31 Mei 2024), di sektor maritim tekanan terhadap nelayan meningkat seiring pertumbuhan kawasan industri pesisir. Pembangunan pelabuhan logistik dan jalur laut industri menyebabkan konflik ruang antara kapal nelayan dan transportasi tambang. Hal ini memperburuk keamanan ekonomi masyarakat pesisir.

Dari sudut pandang teoritis, David Harvey dalam The New Imperialism (2003) menjelaskan konsep “accumulation by dispossession” yakni akumulasi modal melalui perampasan ruang hidup. Pola ini tercermin dalam industrialisasi ekstraktif di Maluku Utara, di mana penguasaan sumber daya oleh korporasi justru merampas hak-hak komunitas lokal. Dampak struktural ini juga mengakibatkan pemiskinan ekologis (ecological impoverishment). Ketika laut tercemar dan tanah tak lagi subur, masyarakat kehilangan kemampuan bertahan secara mandiri. Akibatnya, ketergantungan pada upah industri meningkat, tapi tanpa jaminan keadilan dan perlindungan.

Dalam konteks teologis, Islam menempatkan manusia sebagai khalifah bumi yang wajib menjaga alam. Al-Qur’an menegaskan: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah diciptakan dengan baik” (QS. Al-A’raf: 56). Ayat ini menegaskan bahwa eksploitasi alam yang mengabaikan keberlangsungan hidup manusia adalah bentuk pelanggaran moral.

Melihat hal tersebut, pemerintah daerah harus segera melakukan reformulasi kebijakan pembangunan berbasis partisipasi komunitas. Perlu audit sosial dan lingkungan terhadap seluruh izin tambang dan investasi yang beroperasi di wilayah pesisir dan pertanian. Langkah-langkah konkret seperti penguatan hak tanah masyarakat adat, pelibatan aktif masyarakat dalam penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta perlindungan ruang tangkap tradisional harus menjadi prioritas.

Selain itu, institusi pendidikan dan keagamaan lokal perlu turut serta dalam membangun kesadaran ekologis dan spiritualitas agraria-maritim. Kesadaran ini penting untuk melawan narasi pembangunan yang menyingkirkan nilai-nilai kearifan lokal. Secara sadar saya ingin katakan ada apa dengan bangsa ini, sehingga ketimpang terjadi dimana-mana padahal kita adalah tuan di negeri sendiri namun penjajahan terus saja ada. Aneh bin Ajaib.

Keadilan sosial tidak hanya soal distribusi materi tetapi juga soal siapa yang punya hak bicara dalam pembangunan. Ketika petani dan nelayan dibungkam pembangunan kehilangan arah etiknya.  Maluku Utara memiliki sejarah panjang sebagai masyarakat agraris dan bahari. Mewarisi laut dan tanah berarti mewarisi tanggung jawab untuk menjaganya. Maka, suara petani dan nelayan bukanlah penghambat kemajuan, melainkan penunjuk arah bagi pembangunan yang adil dan berkelanjutan. Pertanyaan mendesak saya hari ini bukan lagi “berapa besar pertumbuhan ekonomi? “tetapi” siapa yang dikorbankan demi pertumbuan itu?”

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Foto suasana upacara HUT ke-80 RI di Lapas Jambula

    Wakil Gubernur Maluku Utara beri Remisi HUT ke-80 RI di Ternate

    • calendar_month Ming, 17 Agu 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 234
    • 0Komentar

    BALENGKO SPACE – TERNATE, Wakil Gubernur Maluku Utara, KH. Sarbin Sehe, memimpin upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Lapas Jambula, Ternate, Minggu (17/8/2025). Wagub Sarbin bertindak sebagai inspektur upacara sekaligus menyampaikan amanat Presiden RI dan pesan Menteri Imigrasi serta Pemasyarakatan. Upacara ini tidak hanya merayakan HUT ke-80 RI, tetapi juga […]

  • Wagub Malut & Menkes Budi Gunadi Sadikin Letakkan Batu Pertama RSUD Sanana

    Wagub Malut & Menkes Budi Gunadi Sadikin Letakkan Batu Pertama RSUD Sanana

    • calendar_month Kam, 17 Jul 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 345
    • 0Komentar

    BalengkoSpace.com, Sanana, Kamis, 17 Juli 2025 Wakil Gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe, secara resmi meletakkan batu pertama pembangunan peningkatan kualitas RSUD Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Kamis (17/7/2025). Acara ini turut dihadiri oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, beserta jajaran, Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Sula, Ketua dan Anggota DPRD, Forkopimda, serta tenaga medis […]

  • IKA PMII Maluku Utara  berencana Sambut KH. Sarbin Sehe dengan Sholawat Yalal Wathon dan Mars PMII di Bandara Sultan Babullah

    IKA PMII Maluku Utara berencana Sambut KH. Sarbin Sehe dengan Sholawat Yalal Wathon dan Mars PMII di Bandara Sultan Babullah

    • calendar_month Ming, 16 Feb 2025
    • account_circle balengko space
    • visibility 609
    • 0Komentar

    Dok. Balengko Space Ternate, (16/2/24) IKA PMII Maluku Utara mengadakan Musyawarah Ketiga pada 16 Februari 2025 dengan tema “Merawat Kemanusiaan, Menata Masa Depan”. Acara ini dihadiri oleh pengurus IKA PMII, Banom NU, dan berbagai organisasi kemahasiswaan lainnya. Dr. Abubakar Abdullah, M.Si, Pembina Pengurus Wilayah IKA PMII Maluku Utara, membuka acara ini dengan penuh semangat. Beliau […]

  • IKPM-HT Yogyakarta desak Gubernur Maluku Utara Bebaskan 11

    IKPM-HT Yogyakarta Desak Gubernur Maluku Utara, Suara Protes Meledak di Pelantikan!

    • calendar_month Sen, 15 Sep 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 656
    • 0Komentar

    BALENGKO SPACE, Yogyakarta Senin (15/9) — IKPM-HT Yogyakarta desak Gubernur Maluku Utara segera membebaskan 11 masyarakat adat Maba Sangaji. Tuntutan itu muncul saat pelantikan Badan Pengurus IKPM-HT periode 2025–2026 di Gedung IPHI Sukoharjo, 13 September 2025. Mahasiswa Maluku Utara yang hadir kompak membentangkan spanduk sebagai simbol penolakan terhadap penahanan warga adat yang mempertahankan tanah leluhur […]

  • Abdurahman bin Kamel Assegaf Kecam Keras Pernyataan Rasis Muhammad Fuad Riyadi terhadap Guru Tua Al-Habib Asayid Idrus bin Salim Al-Jufri

    Abdurahman bin Kamel Assegaf Kecam Keras Pernyataan Rasis Muhammad Fuad Riyadi terhadap Guru Tua Al-Habib Asayid Idrus bin Salim Al-Jufri

    • calendar_month Kam, 27 Mar 2025
    • account_circle Nurul Hafizatul
    • visibility 402
    • 0Komentar

    Ternate, (28/3/25), Melalui pesan WhatsApp yang diterima pada 28 Maret 2025, Abdurahman bin Kamel Assegaf, Mudir Pondok Pesantren Al-Khairat Sasa dan anggota Abnul Khoirat, dengan tegas mengecam tindakan pernyataan rasis yang dilontarkan oleh Muhammad Fuad Riyadi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Fuad Plered, terhadap Guru Tua Al-Habib Asayid Idrus bin Salim Al-Jufri. Dalam pesan […]

  • ilustrasi orang yang memberi pengaruh buruk dalam pergaulan

    5 Pribadi yang Harus Dihindari Agar Suksesmu Tidak Terhambat

    • calendar_month Rab, 6 Agu 2025
    • account_circle Redaksi Balengko Space
    • visibility 221
    • 0Komentar

    BALENGKO SPACE – Di era modern yang serba cepat ini, setiap orang berlomba-lomba meraih kesuksesan. Namun dalam perjalanan itu, tak semua orang di sekitar kita memberikan dorongan positif. Ada yang diam-diam menjadi penghambat. Tanpa disadari, karakter mereka bisa memperlambat langkah atau bahkan menggagalkan tujuan kita. Maka, mengenali dan menghindari pribadi-pribadi yang tidak sehat dalam pergaulan […]

expand_less