BELANDA, RIWAYATMU DULU
- account_circle Fahrul Abd. Muid
- calendar_month Kam, 3 Jul 2025
- visibility 101
- comment 0 komentar

Penulis waktu di Belanda : Sumber Istimewa
Ketika Van Heutsz diangkat menjadi gubernur Jenderal, Snouck kemudian ditawarkan jabatan tertinggi menjadi seorang gubernur Aceh. Snouck menolak jabatan itu, karena dia sudah kelelahan dengan intrik dan persaingan antar-pejabat Hindia Belanda. Snouck memutuskan dengan memilih lebih baik kembali ke Belanda asal-muasalnya. Snouck pun berhenti bertualang, menjauhi urusan kolonial, fokus menjadi guru besar, lalu pada akhirnya menjadi Rektor Universitas Leiden hingga akhir hayatnya.
Maka dengan senang hati, saya pun merasa gembira, serta saya pun bangga untuk kemudian berfoto di depan rumahnya Snouck di Leiden. Saya pun secara otomatis teringat pada sejarah munculnya gerakan politik Islam Hindia Belanda di Indonesia yang dimainkan oleh Snouck. Pikiran saya serentak tertuju pada bangsa Indonesia yang merupakan sebuah negeri berpenduduk mayoritas Muslim yang berhasil dipecahbelahkan oleh Snouck. Saya juga teringat kembali betapa agama Islam di Indonesia dalam sejarahnya secara terus menerus menyadarkan pemeluknya bahwa mereka harus membebaskan diri dari cengkeraman bangsa penjajah Belanda.
Di lain sisi, saya juga dengan asik memperhatikan bangunan Kincir Angin ini memiliki peranan sangat urgen di Kota Amsterdam negara Belanda, karena eksistensi bangunan Kincir Angin ini memiliki beragam fungsi, salah satu fungsinya untuk memompa air keluar dari dataran rendah untuk kemudian mengalirkan airnya kembali ke sungai di Kota Amsterdam negara Belanda. Kota Amsterdam sebagai “water city”-Kota air dalam istilah saya sih kawan! karena saya pernah menyaksikan bahwa Kota Amsterdam di negara Belanda ini memang dikelilingi oleh kanal-kanal air. Banyak yang saya lihat juga berdiri tegak bangunan Kincir Angin ketika saya berada di Kota Amsterdam negara Belanda, dan diperkirakan berjumlah 26 % (dua puluh enam persen) wilayah negara Belanda ini berada dibawah permukaan air laut. Sehingga, kondisi seperti inilah yang menyebabkan banyak lahan-tanah yang terdapat di negara Belanda yang sering mangalami kebanjiran atau mudahnya negara Belanda ini terendam air dalam riwayatnya tempo dulu sih. Tapi, saat ini, Kota Amsterdam negara Belanda tidak pernah lagi mengalami kebanjiran dan Kotanya sangat kering bahkan memiliki karakteristik “green city”-Kota Hijau dan sangat ramah lingkungan. Hal ini, karena negara Belanda sangat berhasil membuat kanal-kanal air dan berhasil membuat dinding-dinding yang efektif untuk menahan volume airnya untuk tidak meluap atau mengalami banjir bandang, dan kanal-kanal yang dibangun itu berfungsi sangat siginifikan untuk mengaliri air sungai di Kota Amsterdam itu menuju ke arah lautnya. Karena negara Belanda dikenal dengan sistem pengelolaan airnya yang sangat canggih. Kini, bangunan Kincir Angin di negara Belanda menjadi salah satu warisan budaya Unisco dan dijadikan sebagai salah satu negara tempat wisata unggulan di dunia, karena negara Belanda memiliki jumlah bangunan Kincir Angin terbanyak di dunia.
- Penulis: Fahrul Abd. Muid
- Sumber: Penulis adalah Dosen IAIN Ternate & Sekretaris ICMI Kota Ternate-Maluku Utara
Saat ini belum ada komentar