Gerakan Mahasiswa : Merebut Kemenangan atau Tunduk pada Kekuasaan
- calendar_month Kam, 31 Jul 2025
- visibility 405
- comment 0 komentar

Faturahman Djaguna Presiden Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2025 | Sumber foto : Istimewa
Historis Gerakan Mahasiswa Dari Radikalisme kekooptasi
Sejarah gerakan mahasiswa dunia menunjukkan bahwa mahasiswa pernah menjadi kekuatan revolusioner yang amat sangat signifikan. Dalam catatan gerakan Mei 1968 di Prancis yang dipimpin oleh mahasiswa serta aksi protes di universitas berkeley pada 1964 di Amerika Serikat dalam kampanye free speech movement, yang menjadi simbol perlawanan terhadap hegemoni kapitalisme, imperialisme, dan ketidakadilan struktural. Mahasiswa di amerika latin bahkan berperan dalam perjuangan melawan rezim militer dan kediktatoran. Di indonesia gerakan mahasiswa memainkan peran penting pada tahun 1966 dalam penggulingan rezim Soekarno, pada tahun 1998 dalam reformasi menggulingkan Soeharto, dan beberapa kali menjadi penentu dalam dinamika demokrasi nasional.
Sejak era 2000an terjadi pergeseran arah dan bentuk gerakan mahasiswa spirit perlawanan dan independensi ideologis mulai memudar. Gerakan mahasiswa menjadi kurang terorganisasi, tercerai-berai dalam narasi sektoral dan identitas serta kehilangan fokus terhadap isu struktural seperti ketimpangan ekonomi, ekologi politik, hukum dan oligarki kekuasaan. Di lain sisi tekanan sistemik dari negara dan pasar memperkuat kooptasi, yang menjadikan gerakan mahasiswa mudah diserap ke dalam sistem, entah melalui lembaga formal kemahasiswaan yang dibiayai negara, atau melalui jejaring relasi patronase dengan kekuatan politik.
Dibandingkan gerakan mahasiswa masa lalu yang kuat secara konseptual dan praksis gerakan mahasiswa hari ini lebih terkesan reaktif, simbolik, dan berorientasi pada kepentingan semata. Aksi-aksi massa seringkali bersifat sporadis, tanpa strategi jangka panjang atau visi ideologis yang jelas. Di sinilah krisis gerakan mahasiswa perlu dibaca sebagai bagian dari transformasi sosial global yang mana institusi pendidikan tinggi tidak lagi menjadi ruang pembebasan melainkan pabrik produksi tenaga kerja yang tunduk pada pasar.
- Penulis: Faturahman Djaguna
- Editor: Redaktur Balengko Creative Media
- Sumber: Presiden Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2025
Saat ini belum ada komentar