Masri Anwar dan Buku “Kerusakan Ekologi Sebuah Antologi”: Suara dari Halmahera Tengah yang Terkikis Tambang
- calendar_month 7 jam yang lalu
- visibility 107
- comment 0 komentar

Masri Anwar saat diwawancarai di Yogyakarta tentang buku Kerusakan Ekologi Sebuah Antologi | Dok. Balengko Space
Menurutnya, penulisan buku ini bukan untuk mencari popularitas. “Saya ingin menuliskan keresahan saya. Apa yang saya lihat, apa yang saya rasakan di Sagea, Lelief, Sawai, dan kampung-kampung lain di Halmahera Tengah. Rusaknya lingkungan bukan sekadar isu lokal, tapi harus diketahui publik luas,” jelasnya.
Bagi Masri, aktivisme tidak selalu berarti turun ke jalan. Ada bentuk lain yang sama penting: menulis. “Gerakan intelektual bisa lahir dari pena. Kritik terhadap kebijakan tidak hanya lewat aksi demonstrasi, tetapi juga lewat karya tulis yang menyuarakan fakta,” tambahnya.
Isi buku ini menurutnya adalah catatan peristiwa bagaimana ketika investasi tambang hadir, kehidupan nelayan, petani, dan budaya lokal mulai tergeser. Dari sisi pemerintah, karya ini mungkin dipandang sebagai ancaman. Namun bagi Masri, menulis adalah bentuk tanggung jawab moral generasi muda untuk menjaga kampung halaman.**(Red)
- Penulis: Redaksi Balengko Space
- Editor: Redaktur Balengko Creative Media
Saat ini belum ada komentar