PAUD Berbasis Cinta atau Pabrik Robot? Kritik atas Pendidikan Formal dengan Belajar dari Jepang dan Budaya Sasak di Lombok Timur
- calendar_month Ming, 28 Sep 2025
- visibility 118
- comment 0 komentar

Foto penulis ; LILIK FEBY RAHMAWATI INSTANSI : UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA S2 PAUD | Sumber foto : Istimewa
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan fondasi utama dalam pembentukan karakter, nilai, dan orientasi hidup generasi mendatang. Sayangnya, praktik pendidikan formal di banyak tempat masih berorientasi pada capaian kognitif semata, seakan-akan anak-anak adalah “robot” yang diprogram untuk menguasai hitungan, membaca, dan menulis secepat mungkin. Orientasi semacam ini kerap mengabaikan hakikat PAUD sebagai ruang bermain yang penuh kasih sayang, yang mestinya menumbuhkan rasa aman, cinta, dan kepercayaan diri pada anak. Pertanyaannya, apakah PAUD kita sedang membangun manusia utuh atau sekadar memproduksi individu yang terstandar layaknya mesin?
Belajar dari Jepang, pendidikan anak usia dini dirancang bukan hanya untuk mengasah intelektualitas, melainkan untuk membentuk karakter kolektif dan empati sosial. Anak-anak dilatih untuk mandiri, menjaga kebersihan, menghargai waktu, serta mengutamakan kerja sama. Nilai-nilai tersebut tidak lahir dari indoktrinasi kaku, tetapi melalui praktik keseharian yang sederhana dan penuh konsistensi. Dengan demikian, anak tumbuh dalam iklim pendidikan yang berbasis cinta—cinta terhadap dirinya, sesama, dan lingkungannya. Pola semacam ini menunjukkan bahwa orientasi pendidikan di Jepang tidak menjadikan anak sekadar “produk standar,” tetapi manusia yang berakar pada nilai kemanusiaan.
- Penulis: LILIK FEBY RAHMAWATI
- Editor: Redaktur Balengko Creative Media
Saat ini belum ada komentar