Anak Susah Fokus & Hiperaktif? Waspada ADHD – Kenali Gejala & Cara Menanganinya!
- account_circle Redaksi Balengko Space
- calendar_month Jum, 30 Mei 2025
- visibility 164
- comment 0 komentar

Sumber Foto : Pexels
(balengkospace.com) Setiap anak memiliki karakter dan kepribadian yang unik. Misalnya, ada yang sejak kecil cenderung pendiam (introvert), sementara yang lain mudah bergaul (ekstrovert). Namun, tahukah Anda bahwa selain dua kepribadian tersebut, ada kondisi lain yang sering kali kurang dikenal? Salah satunya adalah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Apa Itu ADHD?
Dilansir dari berbagai sumber, ADHD merupakan gangguan neurobiologis yang menyebabkan penderitanya kesulitan mempertahankan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Biasanya, dokter mendeteksi gangguan ini sejak masa kanak-kanak, dan tanpa penanganan yang tepat, gejala dapat berlanjut hingga dewasa.
Gejala ADHD pada Anak
Anda dapat mengenali anak dengan ADHD melalui beberapa gejala berikut:
-
Kesulitan memfokuskan perhatian: Mereka mudah teralihkan, sering lupa, atau kesulitan menyelesaikan tugas.
-
Hiperaktivitas: Anak tampak tidak bisa diam, gelisah, atau sering berlari tanpa tujuan jelas.
-
Impulsivitas: Mereka cenderung bertindak tanpa berpikir panjang, sulit menunggu giliran, atau kerap menyela pembicaraan.
Penyebab ADHD pada Anak
Beberapa faktor meningkatkan risiko seorang anak mengalami ADHD. Mari kita bahas satu per satu:
1. Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa ADHD bersifat genetik. Faktanya, sekitar 25% anak dengan ADHD memiliki kerabat dengan gangguan serupa. Terlebih lagi, risiko ini lebih tinggi pada anak kembar identik.
2. Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Zat Berbahaya Selama Kehamilan
Jika ibu hamil merokok atau mengonsumsi alkohol, maka risiko melahirkan anak dengan ADHD meningkat. Selain itu, paparan zat kimia beracun seperti polychlorinated biphenyls (PCB)—yang sering ditemukan dalam pestisida—juga dapat mengganggu perkembangan otak janin.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan yang tidak mendukung turut berperan dalam memicu ADHD. Contohnya:
-
Stres dalam keluarga
-
Paparan polusi udara dan zat kimia beracun
-
Kurangnya dukungan sosial
Bagaimana Menghadapi Anak dengan ADHD?
Pertama-tama, orang tua dan pendidik harus memahami bahwa ADHD bukan sekadar kenakalan anak. Sebaliknya, ini adalah kondisi yang memerlukan pendekatan khusus. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
-
Berikan dukungan emosional dan hindari hukuman berlebihan.
-
Buat lingkungan yang terstruktur agar anak lebih mudah fokus.
-
Konsultasikan dengan profesional, seperti psikolog atau dokter, untuk penanganan yang tepat.
Jelas bahwa ADHD bukan hal yang bisa diabaikan. Dengan pemahaman yang baik, dukungan keluarga, dan penanganan tepat, anak dengan ADHD dapat tumbuh optimal. Oleh karena itu, semakin dini kita mengenali gejalanya, semakin besar peluang untuk membantu mereka mengelola kondisinya.
Artikel ini di lansir dari berbagai sumber.
- Penulis: Redaksi Balengko Space
- Editor: Balengko Creative Media
- Sumber: https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/pencegahan-infeksi-bagi-bayi-dan-balita/adhd
Saat ini belum ada komentar