Menimbang Ulang Wacana Otonomi Daerah Baru: Antara Harapan, Realita, dan Tanggung Jawab Intelektual Muda
- calendar_month Ming, 27 Jul 2025
- visibility 1.360
- comment 0 komentar

Jafar Noh | Pengamat Informasi. Sumber foto : Istimewa
Saatnya Berpikir dan Bertindak Bijak
Pemerintah Kota Tidore Kepulauan dan Pemerintah Provinsi Maluku Utara perlu duduk bersama. Konflik narasi terkait DOB tidak boleh terus dibiarkan menggantung dan menjadi konsumsi sehari-hari rakyat kecil. Jika tidak ada kejelasan arah, maka wacana ini hanya akan menjadi sumber konflik horizontal di tengah masyarakat.
Sebagai anak muda, kita tidak boleh mati rasa. Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, “Jika anak muda mati rasa, maka matilah sebuah bangsa.” Kita harus hidup dalam semangat untuk memahami, menelaah, dan mengawal isu daerah dengan cerdas dan bijak. Bergerak bukan atas dasar kebencian, melainkan atas dasar cinta terhadap tanah kelahiran.
Apapun hasil dari wacana DOB Sofifi, entah terealisasi atau tidak, kaum muda Kota Tidore dan seluruh rakyat Maluku Utara harus tetap bangkit. Karena lebih dari segalanya, yang paling utama adalah kesejahteraan rakyat dan persatuan daerah — bukan hanya soal peta wilayah atau status administratif.
Mari menyuarakan dengan data, memperjuangkan dengan kajian, dan membangun dengan hati. Sebab, seperti kata Gus Dur, “Sabar itu tidak ada batasnya. Kalau sabar ada batasnya, itu bukan sabar.” Dan untuk tanah ini, kesabaran kita adalah investasi untuk masa depan bersama.
- Penulis: Jafar Noh | Pengamat Informasi.
- Editor: Tim Redaksi Balengko Creative Media
Saat ini belum ada komentar