Gerakan Mahasiswa : Merebut Kemenangan atau Tunduk pada Kekuasaan
- calendar_month Kam, 31 Jul 2025
- visibility 407
- comment 0 komentar

Faturahman Djaguna Presiden Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2025 | Sumber foto : Istimewa
Membaca Degradasi Gerakan Mahasiswa Dalam alam pikiran kritis
Menganalisis degradasi gerakan mahasiswa salah satu premis utama jika memakai kacamata teori kritis adalah kritik terhadap “rasionalitas instrumental” cara berpikir yang hanya berorientasi pada efisiensi dan hasil praktis tanpa mempertimbangkan dimensi etis dan emansipatoris. Dalam karangka ini pendidikan dan mahasiswa rasionalitasnya menggeser universitas dari ruang kritik menjadi institusi yang menyuplai kebutuhan sistem kapitalisme.
Harbet marcuse menyatakan bahwa masyarakat modern telah kehilangan kapasitas kritisnya karena semua bentuk oposisi telah dikooptasi oleh sistem. Jika melihat cara pandang gerakan mahasiswa hari ini berarti bahwa perlawanan tidak lagi muncul dari kesadaran emansipatoris, tetapi dari reaksi sesaat terhadap isu populer. Aksi menjadi sekadar ritual simbolik yang kehilangan daya dorong radikalnya, ini juga diperparah oleh budaya konsumerisme dan distraksi digital yang membuat mahasiswa semakin terputus dari realitas struktural yang menindas.
Melalui kacamata teori kritis atau istilah yang saya pakai adalah alam pikiran kritis, kita dapat melihat bahwa degradasi gerakan mahasiswa bukan hanya soal moral atau pilihan individu, tetapi merupakan hasil dari dominasi struktural sistem kapitalis dan negara birokratis yang menumpulkan nalar kritis. Maka pentingnya strategi untuk merebut kembali watak emansipatoris gerakan mahasiswa bukan hanya dengan menambah aksi atau slogan, tetapi dengan membangun kesadaran kritis yang mendalam dan kolektif yang berakar pada pembacaan terhadap struktur dominasi.
Formulasi Gerakan Alternatif Emansipasi, Interseksi, dan Ekologi Politik
Sebagai jawaban atas degradasi yang kita alami dalam dunia gerakan akhir-akhir ini, perlu dikembangkan semacam formulasi gerakan alternatif yang tidak hanya reaktif, tetapi juga konseptual dan praksis. Yang paling pertama gerakan mahasiswa harus kembali pada misi emansipatorisnya membebaskan manusia dari penindasan struktural. ini bisa kita dicapai dengan menghidupkan kembali tradisi intelektual radikal di kalangan mahasiswa melalui diskusi kritis, pendidikan populer, dan produksi wacana tanding terhadap hegemoni dominan.
Kedua gerakan mahasiswa harus mengadopsi pendekatan interseksional dan lintas sector isu-isu seperti krisis iklim, ketimpangan gender, rasisme struktural, politik hukum, serta kekerasan negara tidak bisa dilihat secara terpisah. Gerakan mahasiswa hari ini harus mampu membangun aliansi dengan gerakan buruh, petani, masyarakat adat, dan kelompok marjinal lainnya untuk memperluas basis sosial dan memperkuat daya tekan politik, tanpa mengandung perpecahan yang merugikan aliansi dan misi keadilan bersama terhadap perjuangan hak rakyat.
- Penulis: Faturahman Djaguna
- Editor: Redaktur Balengko Creative Media
- Sumber: Presiden Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2025
Saat ini belum ada komentar